Imunisasi itu apaan sih?
Imunisasi adalah pemberian vaksin berisi kuman yang mati atau yang sudah dilemahkan dengan tujuan agar badan membentuk antibodi untuk melawan jenis kuman yang diberikan tersebut.
Tujuannya imunisasi apa?
Tujuan antara (pinjem katanya Mbak Ria) adalah melindungi anak dari penyakit plus secara tidak langsung juga melindungi lingkungannya dari penyakit.
Tujuan akhirnya adalah menghilangkan penyakit yang disebabkan oleh kuman tersebut.
Memangnya sudah ada ya penyakit yang hilang karena imunisasi?
Ada dong….
Contohnya cacar (bukan cacar air yaa….) sudah hilang dari Indonesia sejak tahun 70-an (CMIIW). Kenapa? Karena vaksin cacar sudah ditemukan dan diberikan pada masyarakat Ina. Akibatnya penyakit cacar bisa hilang dari permukaan bumi Ina.
Trus kalau kasusnya penyakit Polio, dulu kan udah rame tuh katanya Ina bebas polio. Lha kok tiba2 ada wabah polio sampai akhirnya dilakukan PIN
Nah inilah kenapa kok imunisasi itu penting…
Mungkin (mungkin lho yaa….) dari sekian banyak anak di area tertentu, mungkin ada anak2 yang tidak diimunisasi polio. Akibatnya virus polio menyerang dan menyebabkan kelumpuhan dan akibatnya menjadi wabah menyerang anak2 lain yang tidak diimunisasi polio.
Untuk mencegah polio mewabah, makanya dilakukan PIN (sapu jagad) dengan memberikan vaksin polio pada anak2 secara merata.
Sapu jagad ini diperlukan agar tidak ada anak yang terlewat diimunisasi yang dikhawatirkan nanti akan membawa virus polio di lingkungannya.
Tapi kenapa kok setelah imunisasi suka ada anak yang panas (misalnya habis DPT) atau merah2 (misalnya habis Campak atau MMR)?
Nah…pemberian vaksin kan memasukkan kuman ke dalam tubuh. Badan secara otomatis akan membentuk benteng atau perlindungan agar badan tidak menjadi sakit oleh kuman tersebut. Pada sebagian anak, timbuk efek samping vaksin seperti demam, rash atau ngilu.
Tapi apakah berbahaya?
Umumnya KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) cenderung tidak berbahaya. Memang pada sebagian sangat kecil ada yang mengalami KIPI yang cukup berat, tapi kasusnya sangat jarang terjadi.
Tapi katanya Imunisasi ga bisa melindungi 100%? Trus buat apa dong diimunisasi?
He3….KB aja ga ada yang bisa mencegah kehamilan dengan 100%, ya kan? Namanya saja buatan manusia, tidak ada yang bisa memberikan perlindungan 100%, karena ada 1% atau kurang yang “jatahnya” Allah, yang punya kuasa.
Nah…imunisasi kan tadi diperlukan untuk memberikan perlindungan agar anak tidak terserang penyakit. Trus kalau ternyata tetap terserang penyakit berarti vaksinnya ga bermanfaat dong?
Umumnya, apabila penyakit menyerang anak yang sudah diimunisasi, kalaupun menjadi sakit, cenderung tidak parah. Jadi kalaupun sakit, penyakitnya cenderung lebih ringan, karena sudah memiliki antibodi.
Berarti imunisasi bermanfaat dong ya?
Jelas dong, karena vaksin kan dibuat tidak sembarangan. Vaksin sebelum dilempar ke pasaran sudah melewati 3 tahap uji klinis dan juga telah dipastikan keamanan dan keefektifannya. Walaupun memang setelah dilepas ke pasaran masih juga dilakukan penelitian lebih lanjut (after market) untuk mengamati lebih lanjut.
";})();ButtonMouseDown(this);'>
Kenapa kok imunisasi harus pas dengan jadwalnya?
Gini, penentuan jadwal imunisasi kan ga sembarangan. Ada penelitiannya, dengan tujuan agar kadar antibodi yang dibuat oleh tubuh cukup efektif untuk menahan serangan kuman. Jadi pembuatan jadwal imunisasi itu ga sembarangan.
Misalnya kenapa kok imunisasi campak itu pas anak umur 9 bulan?
Itu karena dari hasil penelitian diketahui bahwa bayi masih membawa perlindungan dari ibunya (maternal apaa…gitu) yang semakin lama akan semakin menurun, sehingga diperlukan imunisasi campak di usia 9 bulan atau MMR di usia 12 bulan.
Itu juga makanya kenapa kok DPT harus 3 kali di usia 2, 4 dan 6 bulan.
Jadi imunisasi harus sesuai jadwal?
Ya iya dong, kalau ga gitu berarti tujuan akhir untuk eradikasi penyakit ga tercapai karena perlindungan pada anak ga maksimal.
Harus sesuai dengan jadwal…
Pada kondisi apa aja sih boleh imunisasi?
Mayoritas kondisi bayi tidak menyebabkan halangan untuk imunisasi. Imunisasi hanya boleh ditunda untuk :
- Sakit berat dan akut; Demam tinggi;
- Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;
- Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (polio oral, MMR, BCG, cacar air).
- Alergi terhadap telur, hindari imunisasi influenza
Lainnya? Immunization is fine…
Cara membuat vaksin
Vaksin dihasilkan dari kuman (atau bagian dari tubuh kuman) yang menyebabkan peyakit. Sebagai contoh, vaksin campak dihasilkan dari virus campak dan vaksin Haemophilus influenza type B (Hib) dihasilkan dari bagian bakteri Hib. Perbedaannya terletak pada cara pembuatan vaksin tersebut.
Terdapat 2 jenis vaksin –‘hidup’ dan ‘mati’. Untuk membuat vaksin hidup, virus hidup dilemahkan dengan melepaskan virus ke dalam tisu binatang beberapa kali (dengan proses bertahap) hingga kurang lebih 50 kali untuk mengurangi potensinya. Sebagai contoh virus campak dilepaskan ke dalam embrio ayam, virus Polio menggunakan ginjal monyet dan virus Rubela dengan sel-sel diploid manusia (bagian tubuh janin yang digugurkan).
Kuman yang lemah ini kemudian dikuatkan dengan Adjuvan (perangsang anti bodi) dan stabilisator (sebagai pengawet untuk mempertahankan khasiat vaksin selama disimpan). Hal ini dilakukan dengan menambah obat, antibiotik dan bahan kimia beracun kedalam campuran tersebut seperti: neomycin, streptomycin, natrium klorida, natrium hidroksida, alumunium hidroksida, alumunium hidroklorida, sorbitol, gelatin hasil hidrolisis, formaldehid dan thimerosal.
Sedangkan vaksin yang ‘mati’ dilemahkan dengan pemanasan, radiasi atau reaksi kimia. Campuran virus atau bakteri, bahan beracun dan bagian tubuh binatang yang berpenyakit inilah yang disuntikan ke dalam tubuh anak atau orang dewasa ketika mendapatkan vaksinasi.
Tadi ada tulisan vaksin hidup, apa ya itu?
Vaksin yang diberikan ada 2 jenis, yaitu vaksin hidup (yang sudah dilemahkan) dan vaksin mati.
Jenis vaksin hidup : Polio Oral (OPV), MMR, BCG, Varicella, Campak
Jenis vaksin mati : Hep B, Hep A, Typhoid, DPT, Hib, Influenza
Khusus untuk sesama vaksin hidup, bila tidak diberikan bersamaan (dalam waktu yang berbeda) jaraknya harus minimal 4 minggu. Kalau tidak dapat menyebabkan antibodi yang dibuat untuk vaksin hidup kedua yang disuntikkan tidak maksimal. Makanya, lalukanlah imunisasi simultan.
Bagaimana sebagian besar vaksin dihasilkan?
Dalam buku The Consumer’s Guide to Childhood Vaccines, Barbara Loe Fisher, Pendiri dan Presiden pusat informasi vaksin nasional (yang didirikan untuk mencegah kerusakan tubuh dan kematian akibat vaksin melalui pendidikan umum) menjelaskan proses pembuatan vaksin sebagai berikut:
-Vaksin DPT (Difteria, Pertusis dan Tetanus) (vaksin bakteri tidak aktif): untuk menghasilkan Pertusis dari DPT, bakteri Pertusis B dibiakkan, diambil dan dilemahkan melalui pemanasan dan kimiawi, kemudian diendapkan dalam cairan bahan kimia seperti kalium fospat, natrium, klorida dan thimerosal (raksa), yang digunakan sebagai pengawet. Alumunium ditambah sebagai adjuvan. Selanjutnya vaksin Pertusis ini kemudian dicampur dengan vaksin DT
- Vaksin DtaP(Difteria, Tetanus dan Acellular Pertusis): Tidak seperti vaksin DPT, Purified acellular atau vaksin DtaP tidak mengandung bakteri Pertusis B asli. Vaksin DtaP dibuat dengan memisahkan sebagian besar racun dalam bakteri Pertusis B asli, sehinggga didapatkan beberapa komponen bakteri dalam vaksin. Komponen tersebut masih mengandung racun yang kemudian dinetralkan dengan formaldehid, selanjutnya thimerosal ditambahkan sebagai pengawet dan alumunium sebagai adjuvan. Vaksin acellular Pertusis kemudian dicampurkan dengan vaksin DT.
- Vaksin MMR (Campak, Gondok dan Rubela): Vaksin MMR yang digunakan AS adalah vaksin virus hidup. Vaksin tersebut mengandung (1) virus Campak hidup lemah (dilemahkan) yang dibiakkan dalam kultur sel embrio ayam; (2)Virus Gondok hidup yang lemah dan dibiakkan dalam sel kultur embrio ayam; dan (3)Kuman witar RA 27/3 lemah dari virus Rubela hidup yang dilemahkan dan dibiakkan dalam kultur sel diploid manusia (W-38) yang berasal dari tisu janin yang digugurkan pada tahun 1964 setelah ibunya terjangkit Rubela. Vaksin ini tidak mengandung pengawet. Vaksin MMR mengandung antibiotik neomycin, sorbitol dan gelatin yang dihidrolisis sebagai stabilisator. Meskipun vaksin campak, gondok dan Rubela bisa diperoleh secara terpisah tetapi kebanyakan dokter sering memberikan dalam bentuk gabungan (MMR)
- Vaksin Polio hidup oral (OPV): Vaksin Polio oral hidup di AS adalah campuran 3 jenis vaksin polio yang dilemahkan dan dibiakkan dalam kultur sel ginjal monyet hijau Afrika. Sel ini kemudian dibiakkan dalam medium yang terdiri dari larutan garam yang mengandung asam amino, antibiotic dan serum anak sapi. Setelah berkembang virus dipindahkan ke medium yang tidak mengandung serum anak sapi. Vaksin ini mengandung sorbitol dan antibiotik streptomycin serta neomycin.
- Vaksin Polio tidak aktif (IPV): Vaksin Polio tidak aktif yang digunakan di AS ialah endapan steril 3 jenis virus Polio yang dibiakkan dalam sel VERO, garis keturunan sel ginjal monyet hijau afrika. Virus ini dipekatkan, dimurnikan dan dihilangkan daya jangkitnya dengan formaldehid. Vaksin IPV mengandung fenoksietanol dan formaldehid sebagai pengawet serta neomycin, streptomycin dan polymyxin
- Vaksin hepatitis B: vaksin virus Hepatitis B yang pertama dibuat pada tahun 70-an dengan menggunakan virus yang dipisahkan dari darah manusia pengidap Hepatitis B kronis. Vaksin Hepatitis B yang didapat dari plasma darah dipatenkan AS pada tahun 1981 dan diberikan pada penduduk yang berisiko tinggi terjangkit Hepatitis B pada tahun 80-an sampai vaksin rekombinasi Hepatitis B hasil rekayasa genetik muncul. Vaksin rekombinasi Hepatitis B yang digunakan AS didapat dari antigen selubung virus Hepatitis B yang dihasilkan dalam sel ragi. Sebagian gen virus Hepatitis B diklonkan ke dalam ragi (ragi biasa untuk membuat roti) sehingga vaksin dihasilkan dari kultur ini. kemudian vaksin diawetkan dengan formaldehid dan mengandung 95% anti gen selubung virus Hepatitis B, 4% protein ragi, alumunium hidroksida dan thimerosal ditambahkan sebagai pengawet.
- Vaksin Varicellazostrer (cacar air): Vaksin cacar dibuat dari kuman Oka/Merck Virus Varicella hidup yang dilemahkan. Virus ini didapat dari anak-anak penderita Cacar alami, kemudian dimasukkan ke dalam kultur sel paru-paru embrio manusia, selanjutnya diambil dan dimasukkan ke dalam embrio tikus percobaan. Dan akhirnya dimasukkan ke dalam kultur sel diploid manusia. vaksin ini mengandung sukrosa, fosfat, glutamat dan gelatin yang diproses sebagai stabilisator
- Vaksin Cacar (walaupun vaksin ini tidak digunakan namun masih dipakai untuk penelitian penyakit AIDS dan vaksin rekombinan rekayasa genetik baru): Perut anak sapi dicukur kemudian diberikan banyak torehan pada kulitnya. Kemudian virus cacar diteteskan pada torehan itu dan dibiarkan bernanah selama beberapa hari. Anak sapi tersebut dibiarkan berdiri dengan kepala terikat supaya tidak dapat menjilati perutnya. Kemudian anak sapi itu dikeluarkan dari kandang dan dibaringkan diatas meja. Perutnya memborok dan bernanah, nanahnya diambil lalu dijadikan serbuk. Serbuk itu adalah bahan vaksin cacar. Disamping borok dan nanah kering dalam vaksin cacar, virus yang kebetulan terdapat pada anak sapi terbawa kedalamnya. (Walene James, Pengarang Immunization: The Reality Beyond the Myth)
Apalagi yang dimaksud dengan imunisasi simultan?
Imunisasi simultan itu adalah pemberian beberapa jenis vaksin dalam satu kali kunjungan ke dokter. Jadi misalnya 2 kali suntik atau satu suntik dan satu tetes, itu namanya simultan.
Lain dengan yang namanya combo. Itu adalah beberapa jenis kuman dalam satu vaksin. Misalnya DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus), MMR (Measles, Mumps, Rubella), Tetra-Hib (DPT-Hib). Itu namanya combo.
Memang ga bahaya memberikan imunisasi simultan?
Tidak ada bahayanya memberikan imunisasi simultan. Justru lebih banyak keuntungannya. Tadi di atas kan sudah dibahas kalau imunisasi harus tepat waktu agar bisa memberikan perlindungan dengan maksimal. Jadi memberikan imunisasi simultan akan melindungi anak kita lebih cepat, mengurangi trauma suntik (nangisnya cuma 1 kali buat 2 atau lebih suntikan) dan tentu mengurangi jumlah kunjungan ke dokter.
Toh, di lingkungan sekitar kita juga banyak kuman tapi kita ga jadi sakit. So, apa bedanya dengan memberikan beberapa kuman ke dalam badan anak kita?
Referensi yang bisa dibaca-baca :
http://lieamhar.blogspot.com
http://kurniarachman.multiply.com
http://www.mayoclinic.com/invoke.cfm?id=CC00013
www.sehatgroup.web.id/artikel/233.asp?FNM=233
http://www.cdc.gov/vaccines/
Selasa, 21 Oktober 2008
Selasa, 14 Oktober 2008
Award dari ica...
It has been done according to the following rules:
1.The Winner my put the logo on her blog
2.Put alink to the person you got the award from
3.Nominate 5 blogs
4.Put link to the blogs
5.Leave a message for your nominnees
Langganan:
Postingan (Atom)